Skip to main content

Menyapih Khaira - Ketika Mama Galau

Dating with Khaira
Lanjutan dari cerita sebelumnya, setelah kira-kira satu minggu berlalu, saya berniat untuk menyapih Khaira kembali, masih dengan cara yang sama, pake plester! Kali ini proses menyapih dimulai pada hari Minggu, kenapa? Karena hari Senin nya Khaira sekolah, jadi lumayan bagi kami untuk menghindari perang batin pikir saya. 

Minggu, 4 November 2018
Mulai disapih minggu siang, seperti sebelumnya waktu Khaira tahu nenen nya diplester cuma diam sambil sedih. Akhirnya, sorenya diajak ke kampus sama ayah, kami kira Khaira akan tertidur di stroller, ternyata tidak masih segar main kesana kemari. Di perjalanan pulang pun Khaira tidak juga tertidur, akhirnya setelah sampai rumah dia merengek minta nenen, tapi karena tahu nenen nya sakit akhirnya minta dipeluk walaupun sambil nangis. Malamnya Khaira sudah gak nangis lagi sewaktu mau tidur, cuma biasa Khaira kebangun kalau malam, pas kebangun masih suka lupa cari nenen. Akhirnya nangis-nangis kenceng sambil tetap saya peluk sampai tertidur.

Senin - Rabu (5-7 November 2018)
Tiga hari ini saya cukup terbantu ketika Khaira sekolah, tidur siang di sekolah dan happy ketika dijemput, tapi pas di tengah jalan suka kelihatan sedih. Pas malam hari biasa lampu dimatikan jam 8, Khaira masih suka main-main walaupun gelap, baru bisa tidur sekitar jam 9 - 9.30 malam. Masih kebangun tengah malam, tetapi sudah mulai mau minum air putih kalo bangun kemudian tidur lagi. Selama masa disapih Khaira lebih sering nempel ke ayahnya, kecuali kalo tidur masih minta peluk mama.

Kamis, 8 November 2018
Karena masih terlihat sedih, akhirnya hari ini mama ajak Khaira jalan-jalan. Akhirnya mama ajak naik bis ke kebun binatang 4H Akalla yang dekat dengan rumah. Di tengah jalan Khaira tertidur dan belum bangun juga sesampainya di sana. Pas bangun, Khaira mengajak pulang 😅. Akhirnya, saya tawari pisang sambil digendong melihat binatang. Tak bertahan lama, Khaira tetap mengajak pulang. Akhirnya kami pulang naik bis, di dalam bis Khaira sudah mulai riang. Setalah sampai Kista, kebetulan pas jam makan siang, Kami mampir dulu membeli makanan kesukaan Khaira, Alhamdulillah Khaira makan lahap. Setelah selesai makan, saya tawari Khaira mau pulang atau mau main naik kereta, dan Khaira tetap memilih untuk pulang. Malam harinya, Khaira udah lebih mudah untuk tidur dan tidak rewel saat bangun

Jum'at, 9 November 2018
Hari ini Khaira tidak masuk sekolah lagi, dari pagi mulai bantu mama membuat bakso sambil main air. Hari ini Khaira sudah mulai riang kembali. Alhamdulillah, sepertinya proses sapih sudah bisa dinyatakan lulus

Sabtu, 10 November 2018
Setelah mandi, kami bertiga sarapan. Setelah itu, kami goler-goler sambil menonton TV. "Eh,  kok berasa panas ya pegang dahi Khaira", kata saya ke Mas Andung. Akhirnya, saya ambil termometer dan benar Khaira demam, suhunya 38.8 ℃. Seharian itu Khaira terlihat lemas dan banyak tidur. Demam masih berlangsung hingga dini hari, naik turun sampai 40 ℃. Akhirnya, saya baru bisa tidur sekitar jam 02.00 dini hari waktu suhu Khaira berlangsung normal.

Minggu, 11 November 2018
Pagi hari Khaira bangun pagi langsung bilang "Bus, naik bus!". Sewaktu saya raba dahinya juga tidak panas. Kami pun bersiap-siap untuk jalan-jalan karena memang biasanya Khaira kalau demam tidak lebih dari sehari, saya pun menganggap Khaira sudah sembuh. Kami pun naik bus dan tak lupa saya belikan mainan yang saya janjikan karena sudah lulus "nenen" . Setelah membeli mainan, Khaira mengajak pulang. Seharian Khaira sudah tampak ceria, sampai malam harinya dia kembali demam sampai keesokan harinya.

Senin-Selasa, 12 - 13 November 2018
Lagi-lagi demam Khaira belum turun juga, terus terang walaupun sudah berbekal "Berkawan dengan demam" tetap saja demam kali ini membuat saya sedikit panik. Bagaimana tidak, baru kali ini Khaira demam sampai berhari-hari dengan suhu yang cukup tinggi. Masalahnya, karena masih proses sapih, Khaira masih belum mau tidur kalau belum benar-benar mengantuk. Akhirnya, pertahanan saya mulai runtuh, hari itu hari Selasa sore, Khaira pun kembali menyusu. Senang karena akhirnya bisa tidur nyenyak dengan cepat, sekaligus galau karena berarti saya dan Khaira harus memulai dari awal lagi proses menyapih ini.

Cerita selanjutnya ada di part berikutnya ya 😉

Comments

Popular posts from this blog

Moving to Sweden (Part 2)

Let's go! Setelah Residence Permit (RP) kami disetujui, tanpa kami sangka ada sedikit kabar yang membuat kami gamang untuk melanjutkan proses kepindahan kami ke Swedia. Ya, tiba-tiba kami mendapat kabar bahwa beasiswa suami tidak lagi meng- cover adanya Family Allowance (FA). Kami pun berhitung kembali, mengingat besaran FA ini sangat lumayan dalam menunjang biaya hidup di Stockholm yang terbilang mahal. Setelah bertanya sana - sini dan juga mencari referensi di dunia maya, akhirnya kami pun mencoba membuat perkiraan biaya hidup bulanan untuk kami bertiga dan persiapan dana apabila Living Allowance tidak cukup selama tinggal di sini. Setelah memutuskan untuk tetap berangkat, kami pun segera membuat daftar apa saja yang harus dilakukan untuk proses selanjutnya, diantaranya: 1. Menentukan tanggal keberangkatan Menentukan tanggal keberangkatan menjadi daftar pertama yang kami lakukan. Dengan mengetahui kapan harus berangkat akan mempermudah dalam mencari tiket pesawat dan

Bagaimana kabarmu hari ini?

Pagi ini, aku duduk ditemani segelas teh panas. Setelah semalaman mengalami migrain dan sampai pagi tadi belum kunjung hilang. Yang akhirnya membuat Khaira harus lebih pagi berangkat ke sekolah dan suamiku yang harus telat berangkat ke kantor. Pagi ini, aku mencoba jujur pada diriku sendiri. Menikmati apa yang aku rasakan saat ini. Menyadari bahwa kasih sayang-Nya dan orang-orang disekitarku begitu besar kepadaku. Dengan cara yang halus mengingatkan aku, betapa bersyukurnya aku saat ini. Dan itu membuatku lebih baik sekarang. Bagaimana kabarmu hari ini?

Moving to Sweden (Part 1)

Kungsträdgården, Stockholm Tak terasa 5 bulan sudah berlalu sejak kepindahan keluarga kami ke Stockholm,  kalo ditanya betah gak? Yaa di (betah) betahin lah ya, hohoho. Tentunya dengan sedikit banyak adaptasi yang di lakukan, salah satunya jadi rajin masak tiap hari, 😁, sesuatu yang amat jarang saya lakukan sewaktu di Jakarta. Alhamdulillah, tempat kami tinggal dekat dengan supermarket yang banyak menyediakan bahan makanan halal.  Kurang lebih setahun yang lalu dari hasil diskusi saya dan suami, suami memutuskan untuk lanjut studi master. Saat itu belum diputuskan akan lanjut ke negara mana, sampai pada akhirnya berdasarkan  hunting  jurusan pilihan jatuh ke Swedia.  Next,  kita coba  hunting  informasi bagaimana kuliah sambil membawa keluarga di Swedia, tetapi tidak banyak informasi yang kami dapat.   Lucky us,  sebelum berangkat kemarin, sekitar bulan April kami menghadiri acara  pre-departure  yang diselenggarakan oleh  Study in Sweden.  Dari situ kami bisa tanya-tanya denga