Skip to main content

Europe Travel Dairy - Budapest #1

Tujuan pertama kami adalah Budapest, dari rumah jam 7 pagi naik Flygbussarna (semacam bus Damri kalo di Indonesia) ke Stockholm Arlanda Airport dengan jarak tempuh sekitar 30 menit. Sesampai bandara, kami langsung menuju counter check-in, kami menggunakan Norwegian Air dengan penerbangan pukul 08.55. Pukul 11.05 kami tiba di Budapest Ferenc Liszt International Airport. Sesampainya di sana, pesawat tidak langsung terhubung ke terminal kedatangan, sehingga kami harus berjalan kaki cukup jauh dari pesawat. Khaira sempat menangis karena tidak mau memakai jaket. Suhu udara yang cukup dingin disertai angin kencang membuat saya sedikit memaksanya untuk tetap menggunakan jaket tebalnya.

Setelah selesai menunggu bagasi, kami membeli tiket shuttle bus ke pusat kota. Informasi mengenai harga tiket airport shuttle maupun transportasi lokal dapat dilihat di sini. Perjalanan memakan waktu sekitar 35 menit untuk sampai ke pusat kota. Sesampainya di sana, jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, sehingga kami berfikir untuk melakukan early check-in. Setelah menghubungi pemilik apartemen, kami berjalan kaki menuju ke sana. Pukul 12.30 kami janjian dengan pemilik apartemen untuk mengambil kunci. Kami melakukan pemesanan via booking.com, detail apartemen yang kami sewa bisa dilihat di sini. Secara keseluruhan, kami puas dengan apartemen kami karena selain bersih dan nyaman juga hanya berjarak 700 meter dari pusat kota. 

Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 saat kami sadar belum makan siang. Kami menuju Curry House , tempat makan bernuansa India yang berjarak 800 meter dari tempat tinggal kami. Sesampai di sana, pilihan saya jatuh pada chicken curry dan suami saya memesan lamb curry, dua-dua nya enak, bisa dibilang ini kari India terenak yang saya makan. Bumbunya pas, tidak dominan dengan rasa manis, gurih nya pas gak bikin eneg. Salah satu kekurangan dari resto ini adalah tidak menerima pembayaran dengan kartu. Sewaktu di sana, kami tidak membawa uang cash baik Euro atau HUF, sehingga Andung harus mencari ATM terlebih dahulu untuk mengambil uang yang untungnya tidak jauh dari sana. 

Salah satu tantangan berlibur di kala winter adalah waktu siang hari yang lebih pendek, waktu itu subuh sekitar jam 06.00, matahari baru terbit pukul 08.00 dan magrib pukul 16.00. Selesai makan, sudah menunjukkan hampir pukul 15.00, kami berencana menuju Hungarian Parliament Building. Lihat di peta, tidak terlalu jauh dari tempat kami. Nah, hal yang tidak kami antisipasi sebelumnya kami temukan di stasiun. Di Stockholm, kami terbiasa dengan stasiun atau transportasi yang ramah dengan stroller, lift bisa kami jumpai di semua stasiun. Di Budapest, kami tidak menjumpai itu, sehingga harus angkat-angkat stroller. Setelah sampai di stasiun tujuan, kami akhirnya tidak jadi ke gedung parliamen karena sudah gelap dan juga angin semakin kencang. Kami akhirnya hanya foto-foto di dekat stasiun.







Langit sudah mulai gelap dan angin bertiup lumayan kencang, akhirnya kami memutuskan untuk pindah ke tempat yang lebih hangat dengan mencari kedai kopi. Kedai kopi yang ingin kami kunjungi sebelumnya berjarak lumayan jauh dari posisi kami sekarang, sehingga kami dengan petunjuk Trip Advisor dan Google memilih kedai kopi yang jarak nya cukup dekat. Cafe Frei namanya, tak disangka kami jatuh cinta dengan kedai kopi ini. Tempatnya cukup luas dan nyaman, tersedia kopi dari berbagai negara dengan rasa yang enak dan harga yang terjangkau.


Cafe Frei
Setelah dari sana, kami berniat untuk pulang. Kami pun berjalan kaki ke tempat pemberhentian bus. Di perjalanan, kami menemukan salah satu icon Budapest, Budapest Eye! Dari yang tadinya cuma mau foto-foto aja, hingga akhirnya kami memutuskan untuk naik. Hehe, ternyata Andung baru pertama kali naik bianglala. Khaira, yang tadinya sempat bingung, akhirnya mulai menikmati pemandangan Budapest dari ketinggian. 




Hari ini ditutup dengan jalan kaki dari lokasi Budapest Eye ke apartemen kami. Khaira juga sudah mengajak pulang karena sudah semakin malam dan angin semakin kencang. Alhamdulillah, bersyukur sekali hari ini, walaupun cuma sebentar dan tidak semua tempat bisa kami kunjungi. Aah, tak sabar untuk menanti perjalanan selanjutnya!

Comments

Popular posts from this blog

Moving to Sweden (Part 2)

Let's go! Setelah Residence Permit (RP) kami disetujui, tanpa kami sangka ada sedikit kabar yang membuat kami gamang untuk melanjutkan proses kepindahan kami ke Swedia. Ya, tiba-tiba kami mendapat kabar bahwa beasiswa suami tidak lagi meng- cover adanya Family Allowance (FA). Kami pun berhitung kembali, mengingat besaran FA ini sangat lumayan dalam menunjang biaya hidup di Stockholm yang terbilang mahal. Setelah bertanya sana - sini dan juga mencari referensi di dunia maya, akhirnya kami pun mencoba membuat perkiraan biaya hidup bulanan untuk kami bertiga dan persiapan dana apabila Living Allowance tidak cukup selama tinggal di sini. Setelah memutuskan untuk tetap berangkat, kami pun segera membuat daftar apa saja yang harus dilakukan untuk proses selanjutnya, diantaranya: 1. Menentukan tanggal keberangkatan Menentukan tanggal keberangkatan menjadi daftar pertama yang kami lakukan. Dengan mengetahui kapan harus berangkat akan mempermudah dalam mencari tiket pesawat dan

Bagaimana kabarmu hari ini?

Pagi ini, aku duduk ditemani segelas teh panas. Setelah semalaman mengalami migrain dan sampai pagi tadi belum kunjung hilang. Yang akhirnya membuat Khaira harus lebih pagi berangkat ke sekolah dan suamiku yang harus telat berangkat ke kantor. Pagi ini, aku mencoba jujur pada diriku sendiri. Menikmati apa yang aku rasakan saat ini. Menyadari bahwa kasih sayang-Nya dan orang-orang disekitarku begitu besar kepadaku. Dengan cara yang halus mengingatkan aku, betapa bersyukurnya aku saat ini. Dan itu membuatku lebih baik sekarang. Bagaimana kabarmu hari ini?

Moving to Sweden (Part 1)

Kungsträdgården, Stockholm Tak terasa 5 bulan sudah berlalu sejak kepindahan keluarga kami ke Stockholm,  kalo ditanya betah gak? Yaa di (betah) betahin lah ya, hohoho. Tentunya dengan sedikit banyak adaptasi yang di lakukan, salah satunya jadi rajin masak tiap hari, 😁, sesuatu yang amat jarang saya lakukan sewaktu di Jakarta. Alhamdulillah, tempat kami tinggal dekat dengan supermarket yang banyak menyediakan bahan makanan halal.  Kurang lebih setahun yang lalu dari hasil diskusi saya dan suami, suami memutuskan untuk lanjut studi master. Saat itu belum diputuskan akan lanjut ke negara mana, sampai pada akhirnya berdasarkan  hunting  jurusan pilihan jatuh ke Swedia.  Next,  kita coba  hunting  informasi bagaimana kuliah sambil membawa keluarga di Swedia, tetapi tidak banyak informasi yang kami dapat.   Lucky us,  sebelum berangkat kemarin, sekitar bulan April kami menghadiri acara  pre-departure  yang diselenggarakan oleh  Study in Sweden.  Dari situ kami bisa tanya-tanya denga