Skip to main content

Europe Travel Diary - Traveling with Toddler


Tahun ini merupakan tahun kedua kami tinggal di Stockholm. Rencana semula ingin menghabiskan liburan akhir tahun di tanah air batal lantaran harga tiket sudah sangat mahal. Akhirnya, kami putuskan untuk jalan-jalan ke negara tetangga yang tidak begitu jauh dari Stockholm. Setelah membuat itinerary untuk beberapa pilihan perjalanan, kami akhirnya memilih untuk berkunjung ke Budapest, Vienna, dan Prague. Perjalanan berlangsung selama 4 hari 3 malam, masing-masing satu hari saja di setiap negara. Liburan kali ini adalah kali pertama kami membawa balita, hehe. Terakhir Khaira naik pesawat waktu perjalanan Jakarta-Stockholm masih berusia 9 bulan dan masih nenen. Nah, tulisan di bawah ini akan membahas beberapa tips saat berlibur bersama si kecil

1. Pemilihan penerbangan dan perbanyak amunisi

Jujur saya agak deg-degan untuk mengajak Khaira terbang kali ini. Pertama, Khaira sudah lebih dari dua tahun, jadi sudah punya kursi sendiri. Maklum, diusia saya sekarang masih suka deg-degan kalo pesawat take off, sempat kepikiran kalau Khaira nanti bakalan takut, haha.  Kedua, Khaira sudah tidak menyusu, sehingga saya harus memikirkan cara agar Khaira tidak bosan selama perjalanan nanti. Hal yang kemarin saya lakukan adalah membawa bekal makanan ringan yang cukup dan juga mainan/buku favorit anak-anak untuk menghindari kebosanan selama perjalanan. Selain itu, pemilihan jam penerbangan bisa dipilih ketika jam tidur anak untuk penerbangan yang lumayan lama. Selama 2 jam durasi penerbangan (8.55 - 11.05) , satu jam pertama Khaira habiskan untuk makan, main, bernyanyi, dan ngobrol, dan satu jam setelahnya Khaira habiskan dengan tidur.

2. Expect to the lowest


Hal-hal yang tidak luput dari pertimbangan kami adalah ketika menyusun itinerary. Itinerary kami buat se-simple mungkin mengingat temperatur udara yang cukup dingin dan juga agar Khaira tidak terlalu capek. Intinya, perjalanan kali ini dibuat senyaman mungkin untuk Khaira (dan juga saya dan ayahnya juga sih) yang tidak begitu tahan jalan-jalan di suhu yang dingin, hehe. Kalaupun tidak semua tempat bisa dikunjungi, ya sudah santai saja. Untuk menghemat waktu di sana, selain membuat daftar tempat-tempat mana saja yang ingin dikunjungi, kami juga membuat daftar tempat makan halal, mengingat resto halal tidak akan sebanyak yang kita jumpai di Indonesia.


3. Cek cuaca dan kondisi negara tujuan

Dari seminggu sebelum hari keberangkatan hingga hari H, kami memantau kondisi cuaca di negara yang kami datangi, jangan sampai gara-gara salah menggunakan baju, jadi menghambat acara jalan-jalan. Selain itu, apabila membawa balita yang masih menggunakan stroller, bisa dicek terlebih dahulu bagaimana kondisi negara tujuan. Kemarin kami sempat missed di sini, seperti misalnya kemarin waktu di Budapest, di stasiun nya jarang yang menggunakan lift, akhirnya harus gotong-gotong stroller kalau harus ke tempat transportasi umum. Selain stasiun, transportasi umum seperti Trem juga ada yang tidak stroller friendly, jadi untuk masuk ke dalamnya juga harus angkat stroller. 

4. Ensure you have enough food


Siapa yang kalau lapar jadi lebih mudah emosi? Saya dan saya rasa bagi sebagian orang pasti begitu , hehe. Jadi pastikan jangan skip jadwal makan ya, apalagi yang membawa balita usia trouble two, jangan sampai hal-hal kecil seperti telat makan ini menjadi bumerang yang berujung tantrum pada anak dan juga emosi jiwa pada kedua orang tuanya, hehe. Kalaupun belum sampai tempat makan tujuan saat jam makan, usahakan cemilan ringan selalu dibawa.


5. Enjoy the trip!

Masalah-masalah kecil seperti itinerary tidak sesuai rencana awal atau sekedar beda menentukan jalan menuju tempat tujuan kadang memang bikin bete. Seperti liburan kemarin kami juga tidak luput dari ngambek-ngambek kecil, hehe. Tetapi, yang perlu diingat adalah tujuan liburan seharusnya untuk melepas stress, bukan tambah stress , kan? Hehe, sayang sekali liburan yang tergolong singkat dihabiskan dengan ngambek-ngambek ria dengan pasangan. Hal yang kami lakukan saat liburan adalah menurunkan ego, kalau ada yang salah segera minta maaf, dan sering-sering peluk anak atau pasangan. Haha

Kalau ibu-ibu, apa lagi yang perlu dipersiapkan saat berlibur dengan si kecil?

Comments

Popular posts from this blog

Moving to Sweden (Part 2)

Let's go! Setelah Residence Permit (RP) kami disetujui, tanpa kami sangka ada sedikit kabar yang membuat kami gamang untuk melanjutkan proses kepindahan kami ke Swedia. Ya, tiba-tiba kami mendapat kabar bahwa beasiswa suami tidak lagi meng- cover adanya Family Allowance (FA). Kami pun berhitung kembali, mengingat besaran FA ini sangat lumayan dalam menunjang biaya hidup di Stockholm yang terbilang mahal. Setelah bertanya sana - sini dan juga mencari referensi di dunia maya, akhirnya kami pun mencoba membuat perkiraan biaya hidup bulanan untuk kami bertiga dan persiapan dana apabila Living Allowance tidak cukup selama tinggal di sini. Setelah memutuskan untuk tetap berangkat, kami pun segera membuat daftar apa saja yang harus dilakukan untuk proses selanjutnya, diantaranya: 1. Menentukan tanggal keberangkatan Menentukan tanggal keberangkatan menjadi daftar pertama yang kami lakukan. Dengan mengetahui kapan harus berangkat akan mempermudah dalam mencari tiket pesawat dan

Bagaimana kabarmu hari ini?

Pagi ini, aku duduk ditemani segelas teh panas. Setelah semalaman mengalami migrain dan sampai pagi tadi belum kunjung hilang. Yang akhirnya membuat Khaira harus lebih pagi berangkat ke sekolah dan suamiku yang harus telat berangkat ke kantor. Pagi ini, aku mencoba jujur pada diriku sendiri. Menikmati apa yang aku rasakan saat ini. Menyadari bahwa kasih sayang-Nya dan orang-orang disekitarku begitu besar kepadaku. Dengan cara yang halus mengingatkan aku, betapa bersyukurnya aku saat ini. Dan itu membuatku lebih baik sekarang. Bagaimana kabarmu hari ini?

Moving to Sweden (Part 1)

Kungsträdgården, Stockholm Tak terasa 5 bulan sudah berlalu sejak kepindahan keluarga kami ke Stockholm,  kalo ditanya betah gak? Yaa di (betah) betahin lah ya, hohoho. Tentunya dengan sedikit banyak adaptasi yang di lakukan, salah satunya jadi rajin masak tiap hari, 😁, sesuatu yang amat jarang saya lakukan sewaktu di Jakarta. Alhamdulillah, tempat kami tinggal dekat dengan supermarket yang banyak menyediakan bahan makanan halal.  Kurang lebih setahun yang lalu dari hasil diskusi saya dan suami, suami memutuskan untuk lanjut studi master. Saat itu belum diputuskan akan lanjut ke negara mana, sampai pada akhirnya berdasarkan  hunting  jurusan pilihan jatuh ke Swedia.  Next,  kita coba  hunting  informasi bagaimana kuliah sambil membawa keluarga di Swedia, tetapi tidak banyak informasi yang kami dapat.   Lucky us,  sebelum berangkat kemarin, sekitar bulan April kami menghadiri acara  pre-departure  yang diselenggarakan oleh  Study in Sweden.  Dari situ kami bisa tanya-tanya denga